Sunday, August 23, 2009

SEPUTAR KITA (testimoni peserta Excellent Servant Camp-SPK Pengabdi 2009)

Excellent Servant… HISTORY Maker

“One litre tears of happiness to make you the true servant of Jesus” (Kevin Halim/Singer)

“Di setiap sesi saya mengalami lawatan Tuhan. Saya mau benar-benar melakukan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup saya dan saya berkomitmen untuk menyelesaikannya.” (Bp. Agus Muljono/PKS Family)

“Tuhan banyak memulihkan saya dalam hal respon yang benar dan nilai-nilai dalam pelayanan. Hubungan saya dengan suami sebagai otoritas dalam rumah tangga dipulihkan, karena selama ini saya sering menuntut suami melakukan sama seperti yang saya lakukan. Dan bila tidak dilakukan, saya menjadi jengkel, tertekan dan memandang suami tidak berfungsi sebagai imam bagi saya. Tapi, saya mau belajar seperti Yesus yang mau menerima diri saya apa adanya, saya juga mau menerima suami saya apa adanya serta tetap tunduk dan taat pada suami. Dalam hal pelayanan, saya mau melayani jiwa-jiwa sampai selesai.” (Ibu Kristina/Worship Leader)

“Gambar diri saya dipulihkan, hati saya dimurnikan. Saya mau mengosongkan diri dengan menyerahkan semua hak saya kepada Tuhan, agar Dia mengisi hidup saya sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Saya mau diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Yang terpenting adalah saya belajar untuk melayani sesama, mau berkorban untuk orang lain dengan kerendahan dan ketulusan hati serta melakukan segala sesuatunya hanya untuk Tuhan…” (Christofel Angelo/Pembina-Youth)

“… Di sesi Panggilan Ilahi, jujur sampai sekarang aku belum menemukan panggilan Tuhan buat aku, tapi satu hal yang aku ingin lakukan adalah aku mau melakukan apa yang sudah menjadi tanggung jawabku, yaitu membina. Aku akan berusaha untuk tidak bersungut-sungut dan memilih-milih.” (Lidawati Siedarta/Pembina-Youth)

“Setelah mengikuti ESC, saya belajar bagaimana menjadi seorang tentara Allah yang taat, disiplin dan tunduk pada otoritas di atas saya. Saya dipulihkan Tuhan saat berkomitmen melepaskan pengampunan untuk papa yang telah membuat saya kecewa. Di sini saya juga belajar mengenai jiwa seorang pelayan Tuhan, yaitu haruslah selalu berkobar-kobar dalam setiap pelayanan yang sudah Tuhan percayakan pada saya dan menemukan tujuan hidup yang sudah ditentukan oleh Tuhan.” (Henry Tandiono/Tim Inti Komsel-Youth)

“Selama ini dalam pelayanan sebagai tim doa saya selalu minder/malu, karena saya merasa ucapan atau (bahasa doa) saya kurang bagus seperti teman-teman yang lainnya. Tapi, setelah sesi Gambar Diri, Tuhan ingatkan saya bahwa pelayanan yang dikenanNya bukan dilihat dari ucapan, melainkan sikap hati yang mau melayani.” (Ibu Sindawati Sidiprasetija/Prajurit Doa)

“Pelajaran yang paling me-rhema dalam diri saya adalah perintah Tuhan supaya kita selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar serta menunjukkan kasih kita dalam hal saling membantu. Di sini Tuhan ingatkan bahwa menjadi seorang prajurit Allah saya harus memiliki sikap hati seorang hamba.” (Margaretha Toar/Pelayan Tamborin-Teen)

“Saya sangat bersyukur diberi kesempatan menjadi kepala regu di ESC ini. Banyak hal saya saya dapatkan. Saya yang telah lama kehilangan makna penebusan Kristus, sekarang telah saya temukan lagi. Betapa beruntungnya kita sebagai anak Tuhan yang telah ditebus dengan pengorbanan serta penderitaan Yesus di kayu salib. Di balik sikap-sikap saya yang sering menyepelekan segala sesuatu, tidak pernah sungguh-sungguh dalam apa yang saya lakukan dasa kompromi terhadap dosa, ternyata saat saya melakukan itu semua tanpa beban, di sana Yesus disiksa menanggung dosa dan pelanggaran saya. Saya bersyukur punya Bapa Sorgawi yang mau menjadi sahabat. Dia yang saya butuhkan di atas segalanya.” (Patricia/Pembina Anak)

“… Saya bersyukur, dengan ikut ESC sebagai kepala regu saya bisa belajar melayani dengan prinsip kehambaan, yang melayani dengan tidak mengharapkan imbalan, baik materi maupun pujian dan hanya melakukan yang terbaik untuk Tuhan; mau berkorban bagi orang lain meskipun “sakit” bagi diri sendiri, karena Tuhan yesus telah mengalami kesakitan yang luar biasa saat berkorban bagi saya di kayu salib.” (Ibu Riska Dwi S./Singer)

“Saya disadarkan bahwa pemberontakan terhadap otioritas, sekecil apapun, akan mendatangkan bahaya/kutuk bagi diri saya sendiri. Saya harus tunduk dan taat pada otoritas yang sudah Tuhan berikan dalam hidup saya.” (Karina Kok)

“Lewat camp ini saya belajar betapa mahalnya harga penebusan Kristus akibat dosa yang saya lakukan. Karena itu saya tidak boleh main-main terhadap jiwa-jiwa yang Tuhan percayakan kepada saya. Saya juga sangat diberkati dengan setiap ayat hafalan yang diberikan, benar-benar menjadi rhema dan senjata bagi saya saat mengalami kesulitan. Setelah camp ini saya berkomitmen untuk kembali melekat pada Tuhan dan lebih mengasihi jiwa-jiwa yang Tuhan titipkan.” (Yan Artadinata K./Ko. Operator LCD-Youth)

“…Tuhan ingatkan bahwa saya adalah seorang hamba. Seorang hamba sejati itu tidak pernah menuntut penghargaan dan tidak membalas. Sekalipun dalam keadaan terburuk seorang hamba hanya tunduk dan taat melakukan apa yang tuannya perintahkan. Itu yang Tuhan minta dari saya…” (Indah Sulistyorini/Singer)

“… Saya ditegur Tuhan bahwa selama ini saya melayani belum 100% digerakkan oleh kasih Alalh, tapi oleh ego saya, sehingga saya cenderung mudah cewa saat ada tantangan dan ingin menyerah… Saya bertobat dan rekomitmen dalam melayani. Melayani tidak karena ego saya lagi, tapi karena kasih karunia. Pelayanan saya bisa saya jalani hanya karena kasih karunia.” (Debora RA./PKS Youth)

“Ketika saya didisiplin, Tuhan ingatkan saya bahwa saat saya lalai atau berbuat dosa, bukan hanya saya yang menanggung akibatnya, tetapi orang-orang yang Tuhan percayakan dalam hidup saya juga ikut menanggungnya. Saya juga belajar terbuka atas dosa saya. Itu sungguh tidak mengenakkan, tapi saat saya terbuka, berkata jujur dengan anggota regu saya, ada kelegaan dan saya terbebas dari rasa tertuduh. Benar, keterbukaan adalah awal dari pemulihan.” (Irine Yanitha CD./Singer)

“… Aku belajar bukan benar atau salah, tetapi respon yang aku nyatakan saat menghadapi suatu masalah. Aku juga disadarkan bahwa aku memiliki orang-orang yang sangat mengasihi aku, terutama teman komselku…” (Felix Nathanael/Pembina-Youth)

“Visiku diperbaharui! Aku diteguhkan secara nyata oleh Bapa. Visi Tuhan dalam hidupku adalah amanat agung Tuhan buat hidupku. Aku bersyukur memiliki otoritas yang telah disediakan Tuhan dalam hidupku. ESC, the best camp I’ve ever follow.” (Johan Alvin K./Multimedia)

“Sebelumnya, saat jatuh dalam dosa saya selalu merasa tertuduh dan terintimidasi, sehingga saya sangat depresi. Tetapi, lewat sesi Gambar Diri paradigm saya diperbarui, yaitu bahwa saya seharga dengan Yesus. Sekalipun saya jatuh dalam dosa, saya tetap menjadi anak Allah, karena saya seharga dengan darah Yesus.” (Edy Krisnanto/PKS Family)

No comments: